Wednesday, December 19, 2012

Seandainya Aku Bisa Terbang

Tulisan ini saya tulis tahun 2004 silam, pernah dimuat di eramuslim dot com..Dan ternyata bulan lalu ada yang reposted, ini linknya  ;
http://m.eramuslim.com/oase-iman/seandainya-aku-bisa-terbang.htm



Teman, Aku ingin bercerita. Di salah satu dahan pohon yang rindang, terdapat sebuah sarang dimana hidup sepasang burung bersama seekor anak mereka yang baru menetas dari telur beberapa hari lalu. Sepasang Ayah dan Ibu burung itu nampak berbahagia sekali dengan kehadiran si burung kecil. Setiap pagi, sang ayah pergi mencari cacing untuk makan si burung kecil. Setiap hari, sang ibu menemani si burung kecil di sarang, menghangatkan tubuhnya dan melindunginya dari dinginnya desir angin yang kencang. Si burung kecil pun merasa nyaman dalam dekapan ibunya. Kalau perut terasa lapar, ia tinggal mencicit saja, semua dapat diperolehnya dengan mudah.

Hari berganti hari, tak terasa si burung kecil pun mulai bertambah usianya. Bulu-bulu di sekujur tubuhnya mulai tumbuh, si burung kecil sudah punya sepasang sayap mungil. Lalu, sang ayah berkata padanya : “Nak, kini sudah saatnya engkau belajar terbang, mengepakkan sayap yang telah Tuhan berikan padamu… Ayah dan Ibu akan mengajarimu terbang”.

Tetapi si burung kecil nampak ketakutan, dia merasa belum mampu untuk terbang dengan sayapnya sendiri. Beberapa pertanyaan berkecamuk dalam pikirannya. Bagaimana nanti kalau sepasang sayapku ternyata tak bisa dikepakkan? Aku takut jatuh dari ketinggian. Bagaimana nanti kalau aku lapar? Aku harus mencari makanan kemana? Bagaimana…? Si burung kecil pun berkata pada Ayah-Ibunya: “Ayah, Ibu, aku ingin tetap tinggal disarang saja, aku tak mau terbang sendiri, aku takut…”, ucap si burung kecil lirih.

Lalu, sang Ayah burung mendekap tubuh si burung kecil dengan penuh kasih sayang, seraya berkata, “Nak, hilangkan semua kekhawatiran dan ketakutan yang menghantui benakmu itu. Engkau mempunyai sayap untuk terbang kemanapun engkau ingin pergi. Lihatlah dunia di luar sana Anakku, engkau akan bertemu dengan burung-burung lain, engkau akan menjumpai banyak pengalaman hidup yang akan memperkaya dirimu. Jangan pernah engkau risaukan tentang makanan, karena Tuhan telah menyediakan semuanya di alam sana, asalkan engkau mau berusaha menjemputnya Nak”.

Si burung kecil mendengarkan nasehat Ayahnya dengan sungguh-sungguh, dia termenung sesaat, kemudian dengan semangat dia berkata, “Iya Ayah, aku akan belajar terbang sekarang, aku tidak akan takut.” Lalu, si burung kecil mulai mencoba mengepakkan sayapnya perlahan… agak cepat… semakin cepat… dan kemudian… “Aku bisa terbang!”, teriak si burung kecil gembira. Ayah dan ibunya tersenyum bahagia menyaksikan usaha anaknya.






Kini, siburung kecil itu sudah menjelma menjadi seekor burung besar yang gagah. Ia sudah bisa mencari makan sendiri, ia sudah menjalani banyak perjalanan hidup yang menjadikannya mandiri seperti sekarang, bahkan ia sudah menemukan seekor burung betina cantik menjadi pasangannya. Si burung itu bergumam, “semua ini tidak akan aku dapatkan seandainya aku tak mau belajar terbang”

Teman,
Dahulu, kita adalah burung-burung kecil itu, yang sangat bergantung pada ayah dan ibu kita. Namun Teman, mari lihatlah dengan seksama diri kita di cermin saat ini. Kita bukan lagi anak kecil yang masih harus selalu di ‘suapi’ oleh ayah dan ibu seperti dahulu, kita bukan lagi bocah kecil yang harus berdiam diri keenakan menanti ‘subsidi’ rutin setiap bulan masuk ke rekening tabungan kita dari Ayah dan Ibu.

Cobalah Teman, perhatikan sekali lagi sosok pada cermin di hadapanmu itu. Ya Tuhan, ternyata kita sudah dewasa, tak terasa usia sudah merangkak ke angka 24 tahun lebih. Tapi, mengapa diri ini tak ubahnya seperti si burung kecil tadi yang masih ingin terus berdiam di sarang, karena tak mau susah memikirkan harus mencari makan.

Teman, mari sejenak kita layangkan ingatan kita pada Rasulullah SAW yang sudah mandiri sedari Beliau kecil. Malu sekali rasanya diri ini, malu pada kedua orangtua, terlebih lagi malu kepada-Mu Ya Rabb. Teman, Kemanakah perginya taujih Imam Syahid Hasan Al Banna, bahwa salah satu karakter (muwashoffat) seorang kader da’wah adalah Qodiirun ‘alal kasbi (mampu mencari nafkah sendiri alias mandiri). Apakah hanya menjadi baris-baris kalimat tak bermakna dalam catatan agenda kita? Semoga tidak.

Teman, Apakah kita tak memperhatikan kedua orangtua kita yang sudah mulai lanjut usia, lihatlah kerutan yang mulai menghiasai wajah mereka, lihatlah tenaga mereka sudah tak sekuat dulu lagi. Lalu, Apakah begini bakti kita terhadap mereka? Kita masih ‘tega’ membiarkan mereka membanting tulang untuk membiayai kuliah dan kebutuhan kita sehari-hari. Teman, padahal sudah saatnya kita menunjukkan pada mereka bahwa kita sudah bisa mandiri seperti si burung kecil tadi.

Teman, mari kepakkan ‘sayap’ mu sekarang juga. Jangan takut dengan kencangnya angin di luar sana, jangan takut dengan ganasnya kehidupan disana. Karena itu akan membawa kita pada sebuah kedewasaan diri akan hakikat hidup sesungguhnya.

“Berapa lamakah kau kan tetap menggelepar menggantung di sayap orang. Kembangkan sayapmu sendiri dan terbanglah lepas seraya menghirup udaraBebas di taman luas”. (Muh Iqbal)

Wednesday, December 12, 2012

Fase Neraka

Tadi pagi, salah seorang downline baru dijaringan saya mengirimkan bbm ke saya , katanya ada yang bilang ke dia :
" masa kamu gak tau? level 3%-9% itu neraka".


$$$$$

Kalau orang mau berbisnis, harus mau memulai dari bawah, mau susah dulu. Kita justru harus mempertanyakan kalau ada bisnis yang langsung bisa bikin kita kaya mendadak dalam sekejap. 


Dari kisah kisah orang sukses, baik itu profesional maupun pebisnis sukses, benang merahnya adalah mereka memulai dari bawah. from nobody to somebody, from zero to hero.

Ada Mas Mono owner franchise ayam bakar mas mono yang terkenal itu, skarang beliau memang sudah menjadi pengusaha hebat, padahal sejarahnya dulu beliau itu mantan office boy, dan dia memulai jualan ayam bakar di pinggir jalan awalnya.



contoh kedua, siapa yang tidak mengenal sosok pak Chairul Tanjung, salah satu orang terkaya di Indonesia, kalau kita membaca buku biografinya, dahulu saat masih kuliah di UI, beliau memulai jualan diktat fotokopian dari dosen ke teman teman kampusnya.

Saya pun sejak awal sudah mengatakan ke mereka yang join ke bisnis ini, disini kita butuh PROSES, bukan sim salabim, kalau dia bilang fase neraka, ya tidak apa apa , justru jadi pecutan buat kita supaya jangan berlama lama di fase 3%-9% ini.

Mb Nad, mb Din, bu sharah, saya sendiripun smua mengalami fase 3%-9% itu dulu diawal join bisnis ini..


Saya sendiri mengalami fase itu hanya di tiga bulan pertama saja, selanjutnya? Alhamdulillah, bisa lihat sendiri apa saja yang sudah saya peroleh dari Oriflame via d'BC Network selama 2 tahun ini...

Tidak mau melewati fase 3-9% ? BISA, tiru adikku si dian, begitu join langsung ke level manager dibulan pertama dengan bonus hampir 1 juta rupiah..Asal mau juga tiru actionnya...:)
 

Semua hanya soal mind set, orang yang mengatakan fase 3%-9% adalah fase neraka, pasti karena dia sendiri termasuk golongan yang menyerah sebelum sampai tujuan. 



Saya sendiri mengenal orang orang dijaringan saya mereka yang berada di level 3%, 6%, 9%.  Meraka justru menikmati proses itu, sbagai tangga yang akan mengantarkannya lebih tinggi lagi..itulah mental PEMENANG..Pantang mundur sebelum tiba ditujuan.

Bisnis networking layaknya kita membangun saluran pipa, fase awal adalah fase perjuangan dimana kita jatuh bangun membangun jaringan. Namun berbahagialah, karena ada masa dimana nanti kita akan menikmati derasnya income dari saluran yang kita bangun ini. sebagaimana saluran pipa saya sudah bisa mengucurkan 40-50 juta rupiah perbulan. Alhamdulillah. Kalau saya kalah saat melewati fase 'neraka' (meminjam istilah orang tadi), manalah mungkin saya bisa menikmati fase 'surga' saat ini..:)



Temanku, milikilah KEYAKINAN, yakin akan rejeki-Nya lewat bisnis ini, yakin pada diri sendiri, yakin pada bisnis ini. Maka, apapun suara suara negatif yang terdengar, biarlah terbawa angin lalu.

Tetaplah engkau FOKUS dengan impian impianmu !

Banyak orang ingin sukses, namun tidak banyak orang mau melewati Prosesnya “

Kunci sukses kita ada didalam proses 
(anne ahira) 




Salam Sukses Mulia,
Eka Satriana

Sunday, December 9, 2012

Indihe...Aca aca..भारत

    Kalau ada yang belum pernah ke luar negeri hingga usia 32 tahun, salah satunya adalah saya. Ya, saya memang belum pernah keluar negeri, boro boro keluar negeri, pasport aja belum punya hihihi. Tapiiii, lewat Oriflame saya bisa keluar negeri untuk pertama kalinya, langsung ke bumi Eropa kampung halaman oriflame yaitu Swedia. Makanya begitu dinyatakan saya menjadi salah satu peserta Global Gold Conference 2012, saya pun bergegas membuat pasport untuk pertama kalinya juga. so excited.


    Bagi seorang diamond director di Oriflame, berhak mendapatkan perjalanan keluar negeri dua kali dalam setahun. yaitu Gold Conference yang biasanya di adakan di bulan agustus dan Diamond Conference yang biasanya diadakan di bulan Januari. Yang namanya gratis ya gratis, mulai dari akomodasi pesawat, hotel dan fasilitas lainnya. Kebayang dulu cuma bisa sirik dalem hati liat foto orang diluar negeri, skarang sebaliknya #eh. Waktu join dBCN Oriflame dulu, sumpah nggak tau kalau bisa jalan jalan gratisnya, yang saya tau cuma Oriflame via dBCN bisa bantu saya punya penghasilan dari rumah dengan internetan, ternyata banyak skali yang saya dapatkan dari Oriflame, bisnis yang 'menjual' mimpi ini. 


    Keseruan pengalaman ke Stockholm agustus lalu, masih berkesan hingga hari ini. Walau sedihnya belum bisa mengajak anakku Qia, tapi Qia lah yang paling antusias minta ceritain gimana diluar negeri itu. insya Allah, nanti kalau bunda udah executive director dapet 4 tiket, Qia ikut yaa nak..:)

India, adalah event Diamond Conference pertama saya, senang sekali rasanya waktu terima e mail dari Sales Director Oriflame Indonesia - Mrs Julia fateeva dibawah ini :




      
Alhamdulillah, bisa mengajak suami tercinta lagi. Kali ini ibu juga ikut ke India dengan tiket kedua Dian adikku. Dan ayah dari awal memang nggak berminat ke India, hehehe. Terus terang, India bukanlah negara impian yang ingin saya dan suami kunjungi. Kalau ada yang komen : "ih ngapain ke India, nggak ada yang menarik "....Helloooow,  ini GRATISAN dari oriflame lho, ya mana mau menolak hehehe.

O iya, nanti lokasi diamond conference nya di daerah Goa, katanya siy kayak bali nya indonesia, jadi di pesisir pantai.  Kemarin sempat baca buku naked traveller seri 3 , kebeneran ada cerita cerita si trinity waktu ke India. Hmmmm, hihihi....
    



Mudah mudahan nanti bisa mengunjungi Taj Mahal yang fenomena ini, yang slama ini cuma lihat di kalender dinding . Bangunan bersejarah dari abad ke-17, yang menjadi simbol cinta seseorang pada Shah Jehan pada istri tercintanya Mumtaz ul Zamani...can't wait...




Doain sehat dan tidak halangan, biar nanti Insya Allah pulang dari India, saya akan tulis pengalaman saya nanti di blog ini. wassalam. ^_^



Wednesday, December 19, 2012

Seandainya Aku Bisa Terbang

Tulisan ini saya tulis tahun 2004 silam, pernah dimuat di eramuslim dot com..Dan ternyata bulan lalu ada yang reposted, ini linknya  ;
http://m.eramuslim.com/oase-iman/seandainya-aku-bisa-terbang.htm



Teman, Aku ingin bercerita. Di salah satu dahan pohon yang rindang, terdapat sebuah sarang dimana hidup sepasang burung bersama seekor anak mereka yang baru menetas dari telur beberapa hari lalu. Sepasang Ayah dan Ibu burung itu nampak berbahagia sekali dengan kehadiran si burung kecil. Setiap pagi, sang ayah pergi mencari cacing untuk makan si burung kecil. Setiap hari, sang ibu menemani si burung kecil di sarang, menghangatkan tubuhnya dan melindunginya dari dinginnya desir angin yang kencang. Si burung kecil pun merasa nyaman dalam dekapan ibunya. Kalau perut terasa lapar, ia tinggal mencicit saja, semua dapat diperolehnya dengan mudah.

Hari berganti hari, tak terasa si burung kecil pun mulai bertambah usianya. Bulu-bulu di sekujur tubuhnya mulai tumbuh, si burung kecil sudah punya sepasang sayap mungil. Lalu, sang ayah berkata padanya : “Nak, kini sudah saatnya engkau belajar terbang, mengepakkan sayap yang telah Tuhan berikan padamu… Ayah dan Ibu akan mengajarimu terbang”.

Tetapi si burung kecil nampak ketakutan, dia merasa belum mampu untuk terbang dengan sayapnya sendiri. Beberapa pertanyaan berkecamuk dalam pikirannya. Bagaimana nanti kalau sepasang sayapku ternyata tak bisa dikepakkan? Aku takut jatuh dari ketinggian. Bagaimana nanti kalau aku lapar? Aku harus mencari makanan kemana? Bagaimana…? Si burung kecil pun berkata pada Ayah-Ibunya: “Ayah, Ibu, aku ingin tetap tinggal disarang saja, aku tak mau terbang sendiri, aku takut…”, ucap si burung kecil lirih.

Lalu, sang Ayah burung mendekap tubuh si burung kecil dengan penuh kasih sayang, seraya berkata, “Nak, hilangkan semua kekhawatiran dan ketakutan yang menghantui benakmu itu. Engkau mempunyai sayap untuk terbang kemanapun engkau ingin pergi. Lihatlah dunia di luar sana Anakku, engkau akan bertemu dengan burung-burung lain, engkau akan menjumpai banyak pengalaman hidup yang akan memperkaya dirimu. Jangan pernah engkau risaukan tentang makanan, karena Tuhan telah menyediakan semuanya di alam sana, asalkan engkau mau berusaha menjemputnya Nak”.

Si burung kecil mendengarkan nasehat Ayahnya dengan sungguh-sungguh, dia termenung sesaat, kemudian dengan semangat dia berkata, “Iya Ayah, aku akan belajar terbang sekarang, aku tidak akan takut.” Lalu, si burung kecil mulai mencoba mengepakkan sayapnya perlahan… agak cepat… semakin cepat… dan kemudian… “Aku bisa terbang!”, teriak si burung kecil gembira. Ayah dan ibunya tersenyum bahagia menyaksikan usaha anaknya.






Kini, siburung kecil itu sudah menjelma menjadi seekor burung besar yang gagah. Ia sudah bisa mencari makan sendiri, ia sudah menjalani banyak perjalanan hidup yang menjadikannya mandiri seperti sekarang, bahkan ia sudah menemukan seekor burung betina cantik menjadi pasangannya. Si burung itu bergumam, “semua ini tidak akan aku dapatkan seandainya aku tak mau belajar terbang”

Teman,
Dahulu, kita adalah burung-burung kecil itu, yang sangat bergantung pada ayah dan ibu kita. Namun Teman, mari lihatlah dengan seksama diri kita di cermin saat ini. Kita bukan lagi anak kecil yang masih harus selalu di ‘suapi’ oleh ayah dan ibu seperti dahulu, kita bukan lagi bocah kecil yang harus berdiam diri keenakan menanti ‘subsidi’ rutin setiap bulan masuk ke rekening tabungan kita dari Ayah dan Ibu.

Cobalah Teman, perhatikan sekali lagi sosok pada cermin di hadapanmu itu. Ya Tuhan, ternyata kita sudah dewasa, tak terasa usia sudah merangkak ke angka 24 tahun lebih. Tapi, mengapa diri ini tak ubahnya seperti si burung kecil tadi yang masih ingin terus berdiam di sarang, karena tak mau susah memikirkan harus mencari makan.

Teman, mari sejenak kita layangkan ingatan kita pada Rasulullah SAW yang sudah mandiri sedari Beliau kecil. Malu sekali rasanya diri ini, malu pada kedua orangtua, terlebih lagi malu kepada-Mu Ya Rabb. Teman, Kemanakah perginya taujih Imam Syahid Hasan Al Banna, bahwa salah satu karakter (muwashoffat) seorang kader da’wah adalah Qodiirun ‘alal kasbi (mampu mencari nafkah sendiri alias mandiri). Apakah hanya menjadi baris-baris kalimat tak bermakna dalam catatan agenda kita? Semoga tidak.

Teman, Apakah kita tak memperhatikan kedua orangtua kita yang sudah mulai lanjut usia, lihatlah kerutan yang mulai menghiasai wajah mereka, lihatlah tenaga mereka sudah tak sekuat dulu lagi. Lalu, Apakah begini bakti kita terhadap mereka? Kita masih ‘tega’ membiarkan mereka membanting tulang untuk membiayai kuliah dan kebutuhan kita sehari-hari. Teman, padahal sudah saatnya kita menunjukkan pada mereka bahwa kita sudah bisa mandiri seperti si burung kecil tadi.

Teman, mari kepakkan ‘sayap’ mu sekarang juga. Jangan takut dengan kencangnya angin di luar sana, jangan takut dengan ganasnya kehidupan disana. Karena itu akan membawa kita pada sebuah kedewasaan diri akan hakikat hidup sesungguhnya.

“Berapa lamakah kau kan tetap menggelepar menggantung di sayap orang. Kembangkan sayapmu sendiri dan terbanglah lepas seraya menghirup udaraBebas di taman luas”. (Muh Iqbal)

Wednesday, December 12, 2012

Fase Neraka

Tadi pagi, salah seorang downline baru dijaringan saya mengirimkan bbm ke saya , katanya ada yang bilang ke dia :
" masa kamu gak tau? level 3%-9% itu neraka".


$$$$$

Kalau orang mau berbisnis, harus mau memulai dari bawah, mau susah dulu. Kita justru harus mempertanyakan kalau ada bisnis yang langsung bisa bikin kita kaya mendadak dalam sekejap. 


Dari kisah kisah orang sukses, baik itu profesional maupun pebisnis sukses, benang merahnya adalah mereka memulai dari bawah. from nobody to somebody, from zero to hero.

Ada Mas Mono owner franchise ayam bakar mas mono yang terkenal itu, skarang beliau memang sudah menjadi pengusaha hebat, padahal sejarahnya dulu beliau itu mantan office boy, dan dia memulai jualan ayam bakar di pinggir jalan awalnya.



contoh kedua, siapa yang tidak mengenal sosok pak Chairul Tanjung, salah satu orang terkaya di Indonesia, kalau kita membaca buku biografinya, dahulu saat masih kuliah di UI, beliau memulai jualan diktat fotokopian dari dosen ke teman teman kampusnya.

Saya pun sejak awal sudah mengatakan ke mereka yang join ke bisnis ini, disini kita butuh PROSES, bukan sim salabim, kalau dia bilang fase neraka, ya tidak apa apa , justru jadi pecutan buat kita supaya jangan berlama lama di fase 3%-9% ini.

Mb Nad, mb Din, bu sharah, saya sendiripun smua mengalami fase 3%-9% itu dulu diawal join bisnis ini..


Saya sendiri mengalami fase itu hanya di tiga bulan pertama saja, selanjutnya? Alhamdulillah, bisa lihat sendiri apa saja yang sudah saya peroleh dari Oriflame via d'BC Network selama 2 tahun ini...

Tidak mau melewati fase 3-9% ? BISA, tiru adikku si dian, begitu join langsung ke level manager dibulan pertama dengan bonus hampir 1 juta rupiah..Asal mau juga tiru actionnya...:)
 

Semua hanya soal mind set, orang yang mengatakan fase 3%-9% adalah fase neraka, pasti karena dia sendiri termasuk golongan yang menyerah sebelum sampai tujuan. 



Saya sendiri mengenal orang orang dijaringan saya mereka yang berada di level 3%, 6%, 9%.  Meraka justru menikmati proses itu, sbagai tangga yang akan mengantarkannya lebih tinggi lagi..itulah mental PEMENANG..Pantang mundur sebelum tiba ditujuan.

Bisnis networking layaknya kita membangun saluran pipa, fase awal adalah fase perjuangan dimana kita jatuh bangun membangun jaringan. Namun berbahagialah, karena ada masa dimana nanti kita akan menikmati derasnya income dari saluran yang kita bangun ini. sebagaimana saluran pipa saya sudah bisa mengucurkan 40-50 juta rupiah perbulan. Alhamdulillah. Kalau saya kalah saat melewati fase 'neraka' (meminjam istilah orang tadi), manalah mungkin saya bisa menikmati fase 'surga' saat ini..:)



Temanku, milikilah KEYAKINAN, yakin akan rejeki-Nya lewat bisnis ini, yakin pada diri sendiri, yakin pada bisnis ini. Maka, apapun suara suara negatif yang terdengar, biarlah terbawa angin lalu.

Tetaplah engkau FOKUS dengan impian impianmu !

Banyak orang ingin sukses, namun tidak banyak orang mau melewati Prosesnya “

Kunci sukses kita ada didalam proses 
(anne ahira) 




Salam Sukses Mulia,
Eka Satriana

Sunday, December 9, 2012

Indihe...Aca aca..भारत

    Kalau ada yang belum pernah ke luar negeri hingga usia 32 tahun, salah satunya adalah saya. Ya, saya memang belum pernah keluar negeri, boro boro keluar negeri, pasport aja belum punya hihihi. Tapiiii, lewat Oriflame saya bisa keluar negeri untuk pertama kalinya, langsung ke bumi Eropa kampung halaman oriflame yaitu Swedia. Makanya begitu dinyatakan saya menjadi salah satu peserta Global Gold Conference 2012, saya pun bergegas membuat pasport untuk pertama kalinya juga. so excited.


    Bagi seorang diamond director di Oriflame, berhak mendapatkan perjalanan keluar negeri dua kali dalam setahun. yaitu Gold Conference yang biasanya di adakan di bulan agustus dan Diamond Conference yang biasanya diadakan di bulan Januari. Yang namanya gratis ya gratis, mulai dari akomodasi pesawat, hotel dan fasilitas lainnya. Kebayang dulu cuma bisa sirik dalem hati liat foto orang diluar negeri, skarang sebaliknya #eh. Waktu join dBCN Oriflame dulu, sumpah nggak tau kalau bisa jalan jalan gratisnya, yang saya tau cuma Oriflame via dBCN bisa bantu saya punya penghasilan dari rumah dengan internetan, ternyata banyak skali yang saya dapatkan dari Oriflame, bisnis yang 'menjual' mimpi ini. 


    Keseruan pengalaman ke Stockholm agustus lalu, masih berkesan hingga hari ini. Walau sedihnya belum bisa mengajak anakku Qia, tapi Qia lah yang paling antusias minta ceritain gimana diluar negeri itu. insya Allah, nanti kalau bunda udah executive director dapet 4 tiket, Qia ikut yaa nak..:)

India, adalah event Diamond Conference pertama saya, senang sekali rasanya waktu terima e mail dari Sales Director Oriflame Indonesia - Mrs Julia fateeva dibawah ini :




      
Alhamdulillah, bisa mengajak suami tercinta lagi. Kali ini ibu juga ikut ke India dengan tiket kedua Dian adikku. Dan ayah dari awal memang nggak berminat ke India, hehehe. Terus terang, India bukanlah negara impian yang ingin saya dan suami kunjungi. Kalau ada yang komen : "ih ngapain ke India, nggak ada yang menarik "....Helloooow,  ini GRATISAN dari oriflame lho, ya mana mau menolak hehehe.

O iya, nanti lokasi diamond conference nya di daerah Goa, katanya siy kayak bali nya indonesia, jadi di pesisir pantai.  Kemarin sempat baca buku naked traveller seri 3 , kebeneran ada cerita cerita si trinity waktu ke India. Hmmmm, hihihi....
    



Mudah mudahan nanti bisa mengunjungi Taj Mahal yang fenomena ini, yang slama ini cuma lihat di kalender dinding . Bangunan bersejarah dari abad ke-17, yang menjadi simbol cinta seseorang pada Shah Jehan pada istri tercintanya Mumtaz ul Zamani...can't wait...




Doain sehat dan tidak halangan, biar nanti Insya Allah pulang dari India, saya akan tulis pengalaman saya nanti di blog ini. wassalam. ^_^